Selasa, 08 Juni 2010

Rencanakan Sejahtera di Hari Tua!

Senin,9 Juni 2010

Posted By Bisrul Karim

Pada edisi minggu lalu saya sudah mengulas tentang pentingnya perencanaan keuangan sejak dini untuk kesejahteraan di hari tua.

Empat hal yang berkaitan dengan perencanaan masa pensiun tersebut sudah saya sampaikan kepada Anda, yakni (1) Identifikasi tujuan di hari tua; (2) Pilihan kualitas gaya hidup di hari tua; (3) Mengukur tingkat penghasilan saat ini; (4) Memperhatikan laju inflasi.

Seperti yang saya janjikan, pada edisi kali ini memfokuskan pembahasan tentang perkiraan sumber dana di hari tua serta kiat untuk mendanai kekurangan dana dengan mengidentifikasi berbagai sumber dana yang ada. Walaupun tampaknya sederhana, ada langkah-langkah sistematis yang harus Anda tempuh untuk menjamin hari tua yang bahagia.

Siapkan Sumber Dana

Untuk memudahkan pemahaman Anda tentang metodologi perhitungan penghasilan di hari tua,saya akan menyajikan ilustrasi keluarga Pak Sasongko (dikutip dari Buku Modul Perencanaan Hari Tua Program Certified Financial Planner).

Pak Sasongko (berusia 30-an) memiliki dua orang anak yang masih remaja. Suami dan istri dalam keluarga ini cukup berhasil dalam karier masing-masing dan mereka menjalankan pola hidup yang sederhana. Penghasilan mereka berdua kira-kira Rp10 juta per bulan sebelum dipotong pajak.

Mereka sepakat untuk berhenti bekerja pada usia 60 tahun (30 tahun lagi). Mereka ingin memiliki standar hidup yang sederhana, nyaman, namun ada kepastian untuk membiayai pengeluaran mereka di saat pensiun.

Selanjutnya Pak Sasongko perlu membuat perkiraan tentang kebutuhan di hari tua, dan langkah awalnya ialah memperkirakan pengeluaran rumah tangga mereka ketika memasuki masa pensiun.

Berdasarkan catatan neraca penghasilan dan pengeluaran rumah tangga bulanan, pengeluaran rumah tangga mereka sebesar Rp7 juta per bulan. Pada saat memasuki masa pensiun, kewajiban mereka untuk membayar kredit pemilikan rumah (KPR) sudah selesai dan kedua anak tercinta pun tidak lagi tinggal bersama mereka.

Karena beberapa pos pengeluaran berkurang, Pak Sasongko memperkirakan bahwa mereka hanya membutuhkan 80 persen dari pengeluaran keuangan saat ini untuk bisa memiliki standar hidup yang memadai.

Jadi, pada masa pensiun nantinya, Pak Sasongko tahu bahwa kebutuhan hidup mereka sebesar Rp5,6 juta per bulan atau Rp67,2 juta per tahun. Apa langkah selanjutnya? Mereka harus mencari sumber dana untuk kelangsungan hidup di hari tua ketika mereka sudah tidak berpenghasilan lagi.

Saat ini mereka sudah mempunyai dua sumber penghasilan untuk peruntukan tersebut, yakni produk dari Jamsostek dan program asuransi jiwa tabungan yang sudah mereka miliki sejak beberapa tahun yang lalu.

Secara total manfaat premi dari kedua sumber ini nantinya bisa memberikan penghasilan sebesar Rp50 juta per tahun. Beruntung sekali, mereka sudah memiliki produk asuransi jiwa tabungan sehingga ada kepastian sumber penghasilan di hari tua nantinya.

Berdasarkan perkiraan besaran kebutuhan keluarga Pak Sasongko di masa tua (Rp67,2 juta per tahun), berarti ada kekurangan dana sebesar Rp17,2 juta per tahun untuk bisa mencapai standar kehidupan yang mereka inginkan.

Selain itu, akibat laju inflasi, kekurangan tersebut akan menjadi lebih besar. Jika pengeluaran mereka terkena dampak inflasi sebesar tujuh persen per tahun, misalnya, berarti total kekurangan dana akan menggelembung menjadi Rp130.931.560 dalam waktu 30 tahun (besaran dihitung dengan menggunakan Tabel Nilai yang Akan Datang).

Itu sebabnya, Pak Sasongko perlu menghitung besarnya sumber dana di hari tua agar mereka bisa mendanai proyeksi kekurangan tersebut.Untuk mengetahui berapa besar uang yang perlu mereka kumpulkan, terlebih dahulu mereka harus memperkirakan tingkat hasil investasi yang bisa mereka peroleh pada masa pensiun nantinya.

Angka ini menunjukkan berapa besarnya dana yang mereka butuhkan pada masa pensiun agar mereka bisa memenuhi kekurangan jumlah dana yang sudah diprediksi sebelumnya. Bila hasil investasi sebesar delapan persen per tahun, misalnya, berarti keluarga Pak Sasongko membutuhkan dana sebesar Rp1.636.644.500 ketika mereka pensiun.

Angka ini diperoleh dari hasil pembagian antara besarnya kekurangan dana (Rp130.931.560) dengan tingkat penghasilan investasi (delapan persen). Selama modal pendanaan mereka (Rp1.636.644.500) tidak disentuh, akumulasi jumlah ini akan memberikan penghasilan tahunan seperti yang mereka butuhkan (Rp67,2 juta per tahun).

Jadi, Keluarga Pak Sasongko bisa mengetahui bahwa mereka membutuhkan akumulasi dana sebesar Rp1.636.644.500 pada masa pensiun. Dari manakah kebutuhan dana tersebut bisa diperoleh?

Langkah selanjutnya, Pak Sasongko perlu mengetahui besarnya dana yang harus mereka sisihkan setiap bulan agar bisa mencapai target akumulasi dana. Misalnya, tingkat hasil investasi dana yang mereka miliki sebesar 12 persen per tahun dan lamanya periode investasi 30 tahun.

Berdasarkan perhitungan faktor bunga majemuk terhadap Tabel Nilai yang Akan Datang dari faktor anuitas, diperoleh kisaran faktor hasil investasi sebesar 241.333.

Dengan demikian, besarnya dana yang perlu mereka sisihkan adalah Rp6.781.685 per tahun (atau Rp565.150 per bulan). Besaran ini diperoleh dari hasil pembagian antara akumulasi dana yang mereka butuhkan saat pensiun (Rp1.636.644.500) dengan besaran faktor hasil investasi (241.333).

Artinya, mereka harus menyisihkan dana Rp6.781.685 per tahun dan tabungan ini harus menghasilkan bunga 12 persen per tahun sehingga target akumulasi dana di hari tua bisa terealisasi! Berdasarkan ilustrasi tersebut, Anda bisa memahami tahap demi tahap yang harus dilakukan dalam perencanaan keuangan hari tua.

Yang lebih penting lagi, Anda sudah melihat betapa pentingnya perencanaan keuangan untuk hari tua! Untuk mengakomodasi besarnya akumulasi dana yang Anda butuhkan nantinya, Anda dapat memperlengkapi diri dengan produk asuransi jiwa tabungan yang dirancang agar Anda bisa memperoleh jaminan penghasilan yang pasti, sepasti standar kehidupan yang Anda inginkan nantinya. Perencanaan seperti ini membutuhkan seorang agen asuransi yang ahli dan terlatih.

Dalam rangka itu, libatkan agen asuransi jiwa yang profesional untuk mendiskusikan dan merancang program perencanaan keuangan hari tua demi kesejahteraan Anda dan keluarga. (*)

EDDY KA BERUTU
Praktisi Asuransi dan Ketua Departemen Pendidikan, Pelatihan, dan Pengembangan Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar